Bagaimana Sholat Mengajariku…
Sebagai seorang Muslim, sholat merupakan ibadah wajib yang menjadi rutinitas kita sehari-hari. Pastinya bukan karena iseng Allah SWT mewajibkan kita untuk sholat (paling tidak) 5 kali dalam sehari; tentunya ada banyak hikmah yang bisa kita petik dari aktivitas harian kita tersebut. Bukan kapasitas saya untuk membedahnya berdasarkan ilmu agama, namun barangkali pengalaman/kesan yang saya rasakan selama ini dalam menjalankan sholat bisa menjadi pemantik kita untuk semakin meningkatkan kualitas sholat kita.
Profesionalisme. Dunia modern menuntut kita untuk selalu bersifat profesional: mengerjakan amanah kita sebaik mungkin dalam alokasi waktu yang disediakan dan apa pun halangannya kita harus mampu menyelesaikannya. Sholat sudah mengajarkan kita mengenai hal ini sejak era Rasul Muhammad SAW. Kita mempunyai kewajiban 5 kali sehari untuk sholat, sesibuk apa pun kita tidak boleh sekali pun kita meninggalkannya. Walau sedang berdinas di luar kota/negeri dengan minoritas Muslim, berada dalam periode hectic di kantor menjelang deadline project besar, atau pun sedang harus lembur di kampus untuk menyelesaikan proposal kegiatan/laporan proyek; apa pun alasannya sholat harus tetap jalan.
Kecerdikan. Kehidupan terkadang berada di luar perencanaan, dan bahkan pada saat tertentu kita dihadapkan pada anomaly yang berada jauh dari bayangan kita. Namun Islam, melalui sholat, telah mengajarkan kita untuk bisa mengatasi kondisi semacam itu. Dengan kewajiban untuk melakukan sholat walau bagaimanapun kondisi sekitar, kita senantiasa terlatih untuk mengondisikan diri kita agar bisa tetap sholat. Kala naik berpetualang di alam bebas kita bisa mempersiapkan sajadah di tas sehingga saat sholat kita bisa lekas mengerjakan, waktu rapat penting dan bos tidak mengizinkan sholat kita bisa izin ke kamar mandi sebentar lalu mampir ke ruang kosong numpang sholat sebentar, pun pada saat hidup di negeri asing dan sholat dianggap barang aneh kita bisa mengawali dengan membangun persahabatan yang erat dengan kawan-kawan kita sehingga mereka pun akhirnya memahami kita lalu pada waktu kita harus sholat mereka pun akan menghargai/memberikan kita izin untuk nyempil di ruang kosong di warung makan/samping stadion supaya bisa tetap menjalankan kewajiban kita. Seberapa pun parahnya kondisinya, kita harus lebih cerdik.
Toleransi. Sebagai agama yang syumul (komprehensif) Islam tentunya sudah dilengkapi dengan perangkat agar bisa diterapkan di mana pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Apalagi untuk sholat yang jadi ibadah utama. Dengan kondisi tertentu kita bisa mendapatkan keringanan dalam mengerjakan sholat, tapi intinya masih tetap sama: kita masih wajib menjalankan sholat. Saat harus menempuh perjalanan nan jauh dan melelahkan, kita bisa menggabungkan dua sholat (jama’) atau pun merampingkan sholat yang empat rakaat menjadi dua rakaat (qashar). Ketika sakit parah, seandainya tidak bisa berdiri, boleh mengerjakan sholat dengan duduk. Seandainya sakit sangat parah sehingga tidak bisa menggerakkan badann pun kewajiban kita masih melekat, namun keringanannya pun semakin besar: diperbolehkan untuk sholat hanya dengan menggerakkan mata kita. Dalam kerja tim, kita harus lebih bijak memahami kawan-kawan kita, lalu kalau memang dibutuhkan, bisa kita berikan beberapa toleransi-toleransi pada yang membutuhkan. Tetapi kita pun masih harus tetap tegas: tugas harus tetap terselesaikan.
Going extra miles. Selain sholat wajib, kita pun dianjurkan untuk bisa membersamainya dengan berbagai sholat sunnah lainnya. Mulai dari sholat sunnah yang jarang tapi menjadi pemersatu ummat seperti sholat Idul Fitri, sampai sholat rutin yang membutuhkan alokasi waktu khusus seperti sholat Dhuha, hingga yang harus dilakukan di waktu sulit dan membutuhkan komitmen serta pengorbanan yang sangat tinggi, namun balasannya pun juga sangat luar biasa, seperti sholat Tahajjud. Begitu pun dalam hidup ini, untuk mencapai tingkat keberhasilan yang lebih dari orang lain, kita dituntut untuk melakukan lebih. Tidak hanya yang wajib saja, namun hal-hal ekstra/tambahan pun perlu kita lakukan, bahkan kadang yang orang lain tinggalkan karena begitu susahnya. Dalam kuliah, saat yang lain mengerjakan tugas hanya untuk membatalkan kewajiban, atau ada yang mencoba mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari di kelas, kita barangkali perlu mengeluarkan usaha lebih: mengejawantahkan materi yang diajarkan di kelas serta menambahkannya dengan realita yang ada di masyarakat.
Jujur dan anti korupsi. Kita mendapat kewajiban untuk melakukan sholat dalam semua kondisi, baik saat sendirian di tengah keramaian penduduk non muslim maupun kala bersama dengan jamaah yang rajin beribadah. Apa pun kondisinya, kita harus tetap menjalankan sholat sesuai syariat, tidak boleh dikurangi rakaatnya atau pun dipotong bacaannya. Dengan terbiasa selalu melakukan yang terbaik dan tidak mengurangi kualitas/kuantitas amanah yang kita kerjakan, walau pun tidak dilihat oleh orang lain, maka kita akan terbiasa untuk berbuat jujur dan insyaAllah bebas dari keinginan untuk berkorupsi.
Fokus. Setelah takbiratul ikhram terucap sampai dengan terucapkannya salam, kita hanya diizinkan untuk memikirkan-Nya dan melupakan sejenak segala aktivitas lain. Seperti itu pula rata-rata aktivitas kita dalam kehidupan. Saat kita berfokus pada kegiatan yang kita ikuti, maka energi akan lebih teroptimalkan, serta waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat dan hasilnya pun menjadi lebih memuaskan.
Itulah beberapa hikmah yang bisa saya petik atas ibadah Sholat wajib 5 waktu yang Allah wajibkan kepada kita kaum muslimin. Mari kita selalu bersemangat untuk meningkatkan sholat (dan ibadah kita yang lain) supaya sholat bisa semakin memberikan dampak nyata pada kehidupan kita.
setuju,,, dilihat dari sisi manapun,, smua ajaran islam memang sarat makna.
insyaAllah hal ini yang bisa semakin memotivasi kita untuk lebih rajin menegakkan sholat..