Presentasi Seminar Ilmiah SGP 2018 di Paris


Alhamdulillah pada tanggal 10 Juli 2018 saya berhasil mempresentasikan artikel ilmiah pertama saya di program pendidikan PhD/doktoral saya, dengan judul Fast Approximation of Laplace-Beltrami Eigenproblems. Saya menjadi salah satu pemakalah dalam Symposium on Geometry Processing (SGP) 2018 yang diselenggarakan oleh Eurographics bekerja sama dengan ACM SIGGRAPH. Sudah menjadi pengetahuan dan kesadaran umum bahwa mahasiswa PhD mempunyai tugas utama untuk sedikit memperluas ilmu pengetahuan, dengan cara menemukan hal-hal baru pada topik khusus yang ditelitinya. Begitu juga dengan saya, sebagai mahasiswa PhD di grup riset Computer Graphics and Visualization (CGV) di Delft University of Technology (TU Delft), saya pun mempunyai peran serupa.

Seminar-seminar ilmiah seperti ini menjadi ajang bagi pertemuan para peneliti dalam bidang sejenis untuk bertukar hasil riset terbaru. Masing-masing mempresentasikan hasil terbarunya yang telah direview oleh koleganya. Selain itu, pertemuan seperti ini bisa menjadi ajang tatap muka bagi para peneliti, baik untuk para peneliti senior yang sudah sering ketemu lewat berbagai konferensi, maupun bagi mahasiswa PhD yang relatif baru dalam pertemuan-pertemuan seperti ini. Tidak jarang juga beberapa mahasiswa S1 dan S2 juga terlibat. Salah satu nilai unik dalam konferensi adalah kesempatan tatap muka ini, yang tidak bisa didapatkan dalam publikasi berbentuk jurnal. Dengan pertemuan seperti ini, bisa jadi visibility publikasi kita lebih bagus karena orang yang datang ke seminar melihat presentasi kita dan jika kita bisa menjualnya dengan baik, maka publikasi paper kita akan lebih tinggi.

Presentasi naskah di SGP 2018

Seminar di Bidang Komputer Grafis

Secara umum, seminar biasanya mempunyai bobot yang lebih rendah dibanding publikasi di jurnal, khususnya di Indonesia. Secara peraturan formil, poin yang seseorang dapatkan dari publikasi di seminar lebih rendah. Dalam dokumen kenaikan pangkat, publikasi jurnal internasional diberi bobot 40, sedangkan seminar internasional hanya 25. Begitu juga dengan peniliaian umum komunitas/masyarakat, publikasi di seminar berbobot lebih rendah dibanding dengan di jurnal ilmiah.

Akan tetapi, komunitas komputer grafis sepertinya memang agak nyeleneh dalam bagian ini. Jurnal-jurnal paling prestisius di komputer grafis secara umum berafiliasi dengan seminar yang diselenggarakan oleh komunitas sehingga prosiding seminar akan diterbitkan sebagai jurnal. Sebagai contoh, SIGGRAPH merupakan seminar paling prestisius di komputer grafis dan semua full-paper di SIGGRAPH akan dipublikasikan sebagai naskah dalam ACM Transactions on Graphics (ToG), salah satu jurnal paling prestisius, diterbitkan oleh ACM juga. Begitu juga dengan Eurographics di Eropa, dari 10 edisi jurnal Computer Graphics Forum (CGF), 8 diantaranya merupakan prosiding dari seminar-seminar yang diselenggarakan oleh Eurographics, yang mana salah satunya adalah Symposium on Geometry Processing (SGP). Makalah saya akan muncul pada CGF volume 37 edisi 5 (yang saat artikel blog ini saya tulis, edisi tersebut masih dalam fase publikasi oleh tim CGF). Artikel pre-print-nya bisa diunduh dari laman pribadi saya di sini.

Dengan demikian, seseorang yang mempublikasikan naskahnya di seminar/simposium unggulan di komputer grafis akan punya keuntungan ganda: (1) publikasi jurnal bereputasi tinggi dan (2) bisa bepergian mengikuti seminar dengan keuntungan seperti di atas: kesempatan bertatap muka dengan koleganya. Dari sudut pandang pragmatisme mahasiswa PhD,  itu berarti naskah seminarnya bisa menjadi bagian dari disertasi PhD serta punya kesempatan mengikuti seminar di negara lain dengan pendanaan dari grup riset/universitas/lembaga beasiswa.

Sebagai mahasiswa PhD tahun pertama di TU Delft, kesempatan untuk presentasi naskah saya di SGP merupakan kebanggaan besar dan kesempatan emas. Kesempatan untuk berinteraksi dengan peneliti-peneliti hebat lain di bidang geometry processing serta sarana untuk menyampaikan topik riset saya. Saya alhamdulillah bisa bertemu dengan tokoh-tokoh yang selama ini hanya bisa saya baca artikel dan bukunya, tokoh-tokoh hebat yang telah berkontribusi besar dalam dunia geometry processing seperti Leonardo Gibas (Stanford, USA), Bruno Levy (Inria, Perancis), Leif Kobelft (RWTH Aachen, Jerman), Olga Sorkine-Hornung (ETH) serta beberapa peneliti muda yang tengah naik daun seperti Justin Solomon (MIT), Keenan Crane (Carnegie Melon, USA), Maks Ovsjanikov (Ecole Polytechnique, Paris), etc. Tentunya sambil rada cuek karena sebagian di antara mereka merupakan orang-orang yang menolak lamaran PhD saya beberapa tahun yang lalu.

Dengan bisa mengomunikasikan hasil riset secara langsung kepada audiens via seminar, kesempatan berinteraksi pun terbuka lebih lebar. Setelah seminar beberapa peneliti menghampiri saya untuk berdiskusi, bertanya atau memberikan masukan agar penelitian kami lebih baik. Seorang staf peneliti senior di bidang Matematika dari UK bertanya tentang bagaimana metode kami bisa 100 kali lebih cepat, dilihat dari aspek matematikanya. PhD lain dengan fokus penelitian pada bidang sampling (di signal processing) memberikan ide tentang sampling yang lebih baik, dengan harapan agar akurasi teknik kami lebih baik. Beberapa peneliti di area yang sama dengan saya (spectral geometry processing) mengirim email menanyakan apakah source code implementasi kami sudah tersedia secara online sehingga mereka bisa menggunakan hasil penelitian kami dalam riset mereka karena kami bisa melakukan yang mereka butuhkan 100x lebih cepat dengan akurasi yang bagus.

Hal paling berkesan bagi saya adalah interaksi dengan PhD lain yang semoga bisa berlanjut dengan kolaborasi riset di masa mendatang. Agak muluk-muluk untuk PhD baru mungkin jika hendak joint-riset, tapi paling tidak saya bisa mendapatkan informasi lebih cepat tentang hasil riset mereka atau kesempatan untuk riset ke kampus mereka jika ada lowongan. Berikutnya, cukup menenangkan melihat bahwa banyak peneliti di bidang geometry processing yang memang mirip saya, tidak punya kemampuan presentasi untuk jualan produk. Ini membuat kami lebih melihat konten daripada cara penyampaian. Dari 3 best paper awards yang diberikan, 2 diantaranya dipresentasikan dengan cara yang tidak menarik, tapi tetap saja secara keilmuan 2 karya tersebut bernilai ilmu tinggi sehingga layak mendapat penghargaan.

Louvre Museum

Karena SGP diselenggarakan di Paris dan lab kami (CGV TU Delft) punya kebijakan untuk membiayai mahasiswanya yang presentasi di luar kota/negeri, maka saya pun bisa sekalian melihat keindahan Paris yang fenomenal itu. Tentunya setelah SGP selesai. Dengan perjalanan + akomodasi selama seminar dibiayai kampus, maka saya cukup mengeluarkan biaya selama jalan-jalan tersebut saja. Hal seperti ini juga punya peran penting dalam pengembangan wawasan kita. Selain agar tidak ketinggalan wawasan, kita bisa menjadi pribadi yang tidak gumunan. Pastinya juga tidak bijak jika terlalu sering dilakukan/dipamerkan di jejaring sosial, bisa membikin iri hati orang lain. Dengan kadar yang pas, hal-hal seperti ini bisa menginspirasi orang lain  yang mengenal kita dan mengambil keteladanan dari kisah-kisah kita.