Mengambil Mata Kuliah di TU/e
Akhir November hingga awal Oktober 2017 yang lalu, saya mengikuti kuliah Front-End Vision and Multi-Scale Image Analysis yang diadakan oleh ASCI (Advanced School for Computing and Imaging)[1], semacam asosiasi bidang computing bagi kampus-kampus favorit di Belanda. Profesor-profesor dengan kompetensi handal dari berbagai kampus tersebut menawarkan intensive course selama beberapa hari (biasanya sekitar 1-2 minggu) pada suatu topik khusus.
Saya mengambil kuliah Front-End Vision and Multi-Scale Image Analysis yang diadakan oleh Prof. Romeny dari Eindhoven University of Technology (TU/e atau TU Eindhoven) selama 2 pekan [2]. Beliau merupakan salah satu profesor yang sangat berprestasi dan mempunyai nama besar pada bidang computer vision dan brain-inspired computing, baik di Belanda maupun pada komunitas keilmuannya. Selain banyaknya karya-karya akademik beliau pada bidang tersebut, beliau juga punya banyak kerjasama dengan industri (khususnya Philips di Belanda) serta proyek besar tentang biomedis di China.

Peserta kuliah ASCI 8 (Front-End Vision and Multi-Scale Image Analysis) dari berbagai kampus dan negara di Eropa [2].
Alhamdulillah semua biaya selama tinggal di Eindhoven ditanggung oleh kampus (TU Delft), mulai dari biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi (dengan batasan tertentu pastinya). Sehingga saya tidak perlu khawatir tentang urusan sekunder dan bisa fokus pada tujuan utama saya, yaitu belajar tentang medical image processing.
Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Hal yang paling saya sukai dari sistem seperti ini adalah adanya fleksibilitas bagi mahasiswa PhD untuk bisa belajar mengenai bidang yang dia minati, tanpa ada sekat fakultas. Kampus-kampus juga tidak adu gengsi, tetapi saling berkolaborasi untuk bersama-sama memajukan ilmu pengetahuan. Saya pun diperbolehkan untuk menentukan sendiri mata kuliah apa yang hendak saya ambil, asalkan saya komunikasikan dengan supervisor dan beliau sepakat.
Walau pun semua biaya ditanggung oleh TU Delft, saya juga secara norma tidak boleh mengeluarkan uang terlalu berlebihan. Ada angka kewajaran yang perlu saya perhatikan agar tujuan utama saya untuk belajar terpenuhi, bukan untuk tujuan lainnya.
Tentunya ada konsekuensi di balik itu. Saya tidak mungkin diperbolehkan melakukan kuliah seperti ini secara terus menerus selama satu tahun. Ada batasan anggaran dari grup riset kami. Selain itu, dengan meluangkan waktu 2 minggu penuh, berarti riset utama saya akan terhambat progress-nya. Serta beberapa kegiatan saya di Delft tentunya harus ditinggal.
Hal seperti ini menjadi menarik. Semoga saat kembali ke tanah air nanti, saya bisa mengupayakan hal-hal serupa dengan beberapa rekan saya yang sama-sama berjuang di dunia akademik di kampus.
Tautan
- http://www.asci.tudelft.nl/pages/about-asci.php
- http://bmia.bmt.tue.nl/Education/Courses/FEV/course/index2017-BME.html
Mantep mas. Inspiratif, ternyata begitu fleksibel yaa. Good luck buat studi nya.
Terima kasih banyak sudah mampir Mbak. Mohon doanya agar lancar studi saya disini, begitu juga dengan studi Mbak Alfath di Jogja.
Aamiin. .
Pingback: Sistem Kredit Kuliah untuk Program PhD di TU Delft, Belanda | A Call for Youth