Menjadi Bagian dari Tim


Dalam banyak aspek kehidupan, kita harus bekerja sebagai tim. Selain karena sifat saling membutuhkan, demi segera tercapainya suatu misi, dibentuklah tim untuk mencapai tujuan tertentu. Baik tim yang sifatnya sangat profesional (misal kabinet dalam pemerintaha NKRI) hingga tim yang agak santai (klub sepak bola RT, tugas kelompok di universitas). Agar tim bisa mencapai tujuannya dengan baik, dibutuhkan lebih dari gabungan kompetensi dari tiap individu yang menjadi anggotanya, tetapi karakter dan penyikapan terhadap tim dari para individu anggota tim juga tidak kalah pentingnya.

Malah kadang, khususnya dalam tim yang membutuhkan banyak interaksi dengan sesama, sikap kita lebih menentukan dibandingkan hasil kerja kita. Orang-orang cenderung lebih nyaman bekerja dengan mitra yang enak karakter-nya, dibandingkan dengan orang yang pintar menyelesaikan tugas tetapi arogan dalam berperilaku.

Memahami bahwa setiap anggota tim adalah signifikan

Laksana suatu organisme yang hidup, misal kambing, setiap bagian dari tubuhnya punya peran masing-masing, yang unik dan saling melengkapi. Ada peran-peran yang memang tampak lebih menonjol, misal: jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh dan paru-paru untuk pernafasan, yang bagi banyak orang peran inilah yang punya signifikansi sangat tinggi bagi organisme. Di suatu organisasi/tim, amanah sebagai ketua (presiden, ketua, kepala, direktur, dll) sepertinya bisa dianalogikan dengan peran jantung dan paru-paru pada kambing tadi.

Di lain sisi, ada juga organ dengan fungsi yang kurang populer/terlihat, seperti (maaf) anus untuk pembuangan kotoran serta pori-pori di kulit untuk sekreasi beberapa zat berbahaya. Kerja keras mereka seringkali tidak terlihat, sehingga apresiasi pun tidak banyak, padahal mereka juga punya peran yang penting. Kambing dengan paru-paru dan jantung yang sangat sehat, tidak akan bisa bertahan lama tanpa anus (sekali lagi, maaf) dan pori-pori. Begitu juga dalam tim, pasti ada beberapa anggota yang pekerjaannya tampak kecil dan remeh, tetapi punya signifikansi tertentu pada tim, semisal cleaning service di sekolah, pembawa microphone dalam suatu seminar, atau mungkin office boy di kantor.

Sebagai seseorang yang masuk dalam suatu tim, kita harus bisa melihat kondisi ini: bahwa tiap orang punya perannya masing-masing, berbeda levelnya memang, tetapi saling melengkapi. Oleh karenanya, kita perlu saling menghormati peran masing-masing, dan menghindari sifat merasa paling penting sendiri. Alih-alih pamer tingkat kepentingan dalam tim tersebut, lebih bijak kalau kita saling menyadari peran dan menguatkan satu sama lain, sehingga sebagai suatu tim pun kita akan tumbuh menjadi lebih baik.

Team Work

Team Work

(Berbeda dengan peran organ dalam tubuh kambing yang relatif tidak berganti, perangkat tugas yang melekat pada anggota tim sangat mungkin untuk berganti. Seorang staf dalam BEM di kampus punya potensi untuk menjadi Ketua BEM di pengurusan-pengurusan mendatang, serta kepala RT bisa jadi akan menjadi warga biasa setelah tidak terpilih lagi di masa jabatan berikutnya.)

Tidak boleh merasa sombong walau kita punya peran sangat penting

Dengan mengetahui bahwa setiap anggota mempunyai peran yang signifikan terhadap tim, maka jika kita menjadi orang yang secara umum dianggap fungsinya lebih signifikan (misal:menteri [di bawah presiden, tetapi membawahi departemen/kementrian]), kita juga menyadari bahwa nggota lain kontribusinya juga besar. Kita sadar bahwa tanpa mereka, organisasi/tim kita tidak akan berjalan secara maksimal.

Misal kita berperan sebagai jantung yang berfungsi memompakan darah ke seluruh bagian tubuh, kita tidak bisa mengerdilkan peran dubur. Seandainya dubur tidak ada, maka kotoran-kotoran tubuh tidak akan bisa terkeluarkan. Darah pun akan tercampur dengan kotoran yang akan menyumbat kapiler dan aorta, kerja jantung pun semakin berat. Semakin lama saluran darah tambah sempit, hingga sampai pada fase tersumbat dan darah tidak terdistribusi lagi ke seluruh tubuh. Berakhirlah kehidupan organisme tersebut.

Pun begitu kondisinya kala kita dalam suatu tim. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing. Jika ada yang kita rasa tidak perform, bisa jadi karena kita kurang jeli melihatnya, atau kita kurang mampu memberikan peran yang terbaik. Mulut jika diberikan peran sebagai dubur maka dia akan menolak, kaki dengan peran menulis juga akan lambat kerjanya. Adalah tugas kita, orang-orang yang punya fungsi pengambilan kebijakan untuk menempatkan setiap dari anggota tim agar mendapat tempat terbaik, sehingga secara otomatis kontribusinya pun maksimal.

Tak dibenarkan juga merasa tidak berguna walau peran kita mungkin tidak signifikan

Saat kami mengikuti suatu pelatihan di Magelang oleh Pak Ahmad Yuniarto (AY), eks chairman Schlumberger Group Indonesia, beliau mengisahkan tentang seorang office boy (OB). Saat dia mengerjakan tugasnya membereskan ruangan kantor, tidak hanya kebersihan meja dan kursi yang dia pikirkan. Dia membayangkan, dengan dia membereskan ruangan secara maksimal sebelum rapat dimulai, maka para pejabat bisa nyaman dan menghasilkan keputusan maksimal dalam rapat. Tetapi jika tidak beres kerjanya, maka rapat akan terhambat dan hasil rapatnya tidak maksimal. Bos-nya menyadari semangat juangnya itu setelah beberapa lama, bahwa sang OB punya semangat kontribusi besar, tidak hanya sekedar mengerjakan tugas yang diperintahkan.

Pada OB tersebut, ada pola berfikir yang jauh lebih visioner, ada semangat kontribusi yang lebih besar. Begitu pula selayaknya kita dalam berkontribusi di tim. Saat kita mengerjakan peran-peran yang kita rasa menjemukan dan tidak besar, kita harus mampu melihat lebih jauh, bahwa tanpa kerja maksimal dari kita, akan ada yang kurang dari tim kita. Mungkin kita hanya bagian fotokopi formulir dalam kepanitiaan, memasang foto-foto di jejaring sosial, atau bahkan bagian bersih-bersih selepas acara. Tapi dengan tujuan yang lebih besar, kita niatkan untuk memfoto kopi formulir secara maksimal, kita pastikan tidak ada hasil kopian yang buruk atau miring, jumlahnya kita lebihkan sedikit, serta kita letakkan dalam folder agar tidak lecek, dengan tujuan orang-orang yang membutuhkan formulir bisa mendapatkannya dalam kualitas terbaik, dan harapannya organisasi kita pun akan menjadi lebih baik.

Tim, Menjadi yang terbaik di dalamnya

Mudah-mudahan dengan melihat tim dengan kaca mata yang lebih baik, kita bisa lebih bijak memperlakukan anggota tim yang lain serta bisa berkontribusi maksimal dengan niatan memberikan yang terbaik bagi tim. Kita tidak melihat rendah anggota tim yang lain, atau bersikap angkuh atas anggota tim yang lain.