Pentingnya Tekad dan Tujuan Dibalik Setiap Aktivitas Kita


Awal bulan Juli 2009 merupakan minggu kedua saya dan 6 rekan saya dari ASEAN mengikuti program on-the-job training di UN-APCICT (The United Nations—Asian and Pacific Training Center for Information and Technology for Development) di Incheon, Korea Selatan. Pagi hari jam 10.00 di kantor pusat UN-APCICT, kami mendapatkan satu nasihat yang Mrs. Hyeun-Suk Rhee, Direktur UN-APCICT. Nasihat dari kisah sederhana nan syarat makna.

Kisah yang menggambarkan bahwa walau kadang banyak dari kita melakukan hal yang sama, namun sejatinya bisa sangat beragam nilai, bergantung pada motivasi/tekad kita dibalik kegiatan-kegiatan tersebut.

Begini kira-kira kisahnya: (redaksinya saya kurang ingat, saya hanya mencoba menuliskan garis besarnya saja, mohon maaf jika detailnya kurang tepat; barangkali teman-teman yang lebih tahu bisa mengoreksi)

Pada suatu siang yang sangat terik, terdapat dua orang tukang kayu yang sedang bekerja keras penuh peluh memotong kayu. Kebetulan melintas seorang pemuda melewati kedua tukang kayu yang kepayahan tersebut. Dia pun bertanya pada salah satu tukang kayu (sebut saja A), “Pak A, apa yang sedang Anda lalukan?” Heran dan jengkel dengan pertanyaan pemuda tadi, maka si A pun menjawab dengan ketus, “kamu buta ya wahai anak muda. Jelas-jelas aku memotong kayu, kamu masih nanya! Dasar anak muda ndak punya sopan santun.”

Kemudian si pemuda tadi pindah ke tukang kayu B, mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang dia utarakan ke tukang kayu A sebelumnya. Dengan suara lembut nan menenangkan jiwa, tukang kayu B berkata kepada pemuda tadi, “Wahai anakku, saya sedang berjuang untuk membangun katedral (baca: gereja katolik). Walau sepertinya nampak sebagai pekerjaan sederhana tetapi saya punya cita-cita besar untuk berperan dalam pembangunan katedral.”

Signifikansi Tekad dan Tujuan

Kisah ini masih dengan jelas terpatri di kepala saya, tersimpan pesan yang amat dalam mengenai pentingnya suatu niatan yang suci nan agung dalam setiap kegiatan kita. Menilai “apa” yang kita lakukan memang seringkali penting, tentang “bagaimana” kita melakukannya pun sangat penting, namun yang lebih penting lagi adalah “untuk apa” kita melakukan suatu hal.

Cerita tukang kayu tadi memunculkan pesan bahwa kita barangkali melakukan hal yang sama, mungkin dengan cara yang sama pula, namun hasilnya seringkali berbeda. Mengapa? Karena motivasi kita beda. Barangkali kita sama-sama duduk di kelas mendengarkan dosen mengajar, berbarengan dalam menyelenggarakan bakti sosial di masyarakat, dalam satu tim saat mengikuti lomba karya tulis, atau sama-sama ikut program pertukaran pelajar. Semua tampak sama secara fisik, namun niatan lah yang paling membedakan antara kita. Untuk apa kita belajar? Apa tujuan kita baksos? Alasan apa yang mendorong kita mengikuti lomba karya tulis? Apa motivasi kita mengikuti pertukaran pelajar? Itulah yang membedakan masing-masing dari kita.

Tukang kayu A “hanya” sekedar melaksanakan kewajibannya, memotong kayu saja, sehingga hanya itulah yang dia dapatkan. Sedangkan tukang kayu B mempunyai cita-cita mulia, berperan dalam membangun katedral, tempat yang sangat mulia baginya. Memotong kayu dijadikannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan besarnya. Walau yang ia lakukan tampak sederhana, namun didasari oleh niatan yang sangat mulia dan fundamental. Itulah sebabnya dia bekerja lebih tekun, penuh semangat, dan tidak mudah menyerah.

Mari kita tentukan tujuan besar dalam hidup kita, visi yang akan menjadi target besar dalam hidup kita: menjadi insan yang berkontribusi maksimal pada sekitar kita. Dengan misi besar itu di dalam hati dan otak kita, maka setiap apa yang kita lakukan akan menjadi lebih berbobot dan semangat kita pun menjadi lebih besar. Kita belajar untuk memperkaya keilmuan kita, sehingga bisa memberikan lebih pada lingkugan; kita mengadakan baksos sebagai latihan dan pembuktian kontribusi kita ke masyarakat; lomba karya tulis kita jadikan sebagai sarana untuk membagikan (share) konsep kita dalam berkontribusi ke masyarakat; program exchange kita jadikan sebagai media untuk lebih tahu bagaimana dunia memandang negeri kita, untuk makin mengenal kelebihan dan kekurangan bangsa kita, serta untuk mempelajari proses kemajuan di negara lain supaya bisa kita implementasikan di Indonesia. Dengan tujuan tersebut, hal-hal lain yang nampak remeh pun bisa bernilai tinggi. Kita istirahat yang cukup supaya bisa lebih segar saat belajar/berkontribusi; kita buang air (besar/kecil) supaya nyaman saat berhadapan dengan orang; bahkan kita Facebook-an pun supaya bisa menjalin relasi dengan semakin banyak pemuda/i di negeri ini untuk mencari peluang kerjasama dalam berkontribusi bagi tanah air tercinta.

Sahabat-sahabat semua, mari temukan visi besar hidup kita, dan menjadikannya motivasi utama kita dalam memaksimalkan detik demi detik dalam hidup kita yang sangat berharga ini. Supaya kita makin menemukan gairah dalam menjalankan setiap aktivitas kita dan agar setiap kegiatan kita lebih berbobot secara makna.