Perempuan di Mataku
Dengan menolak untuk tidak minum, tidak berarti aku enggan berteman dengan kawan dari lain negara. Dengan bercanda ketika berjalan bersama ke kampus, dengan saling meminjamkan barang pribadi ketika saling membutuhkan, dengan berkeringat bareng saat mengikuti program pengabdian sosial bersama, atau mengerjakan tugas kampus bersama sambil ‘menyeruput’ kopi, ikatan persahabatan kami makin kuat.
Mereka pun memahami pilihanku, dan tetap menjadikanku sahabat bagi mereka, walau aku selalu menolak untuk minum benda itu.
Dalam ajaran kami, kami menempatkan wanita sebagai figur yang sangat mulia. Setelah Allah dan Rosul, Ibu adalah sosok yang harus senantiasa kami hormati. Kehormatan dan kesucian mereka selalu kami upayakan untuk terlindungi.
Kami berkeyakinan kesucian dan kecantikannya hanyalah layak dia persembahkan kepada suaminya yang halal. Sebagaimana diriku yang mengharapkan bidadari yang bibirnya terlindungi dari bekas kecupan lelaki lain, akupun berikhtiar untuk menjaga diri ini agar terhindar dari perbuatan serupa.
Tak ku pungkiri bahwa kecantikan adalah komponen penting pada sosok wanita, tapi alangkah mengenaskan ketika kemolekan mereka dilecehkan, dipampang hanya untuk menjual mobil, atau bahkan sekedar membuat sabun mandi semakin laku.
Aku sangat menghargai kebebasan, karena setiap dari kita diberikan hak sebebas-bebasnya untuk memilih apa yang mau kita pilih. Karena kita pun pada akhirnya hanya akan dihisab atas apa yang kita lakukan, bukan atas dosa atau kebajikan orang lain (kecuali jika kita menjadi penyebabnya). Namun kita pun harus siap untuk menerikam konsekuensi dari pilihan-pilihan kita itu. Baik konsekuensi personal, komunal, legal, hingga spiritual.
Apakah harus mengenakan celana pendek dan ber-tank-top untuk menyatakan kebebasan individu? Bukankah dengan berjilbab dan berperilaku santun tidak mengurangi kebebasan para wanita untuk berkarya dan berprestasi.
Alangkah indahnya dunia ini, jika kaum wanita dihormati dengan layak, diapresiasi dengan segala karyanya, tanpa harus berpusing-pusing untuk terlalu banyak memikirkan penampilan luar mereka yang sering harus sampai operasi mata atau lengan agar tampak lebih menarik.
Alangkah mulianya derajat mereka, ketika posisinya sebagai teladan masyarakat, guru bagi anak-anak, pemikir ulung, dan sebagainya, bukannya diperdaya untuk membuat pakaian, mobil, sikat gigi, hingga warung kopi semakin laris bagi konsumen.
#missWorld2013
menurut mas, bagaimana jika tindak tanduk seorang wanita di masalalu begitu “menjijikkan”…dan pada masa kini ia berkeinginan untuk tobat,,,mungkinkah perempuan seperti itu bisa mendapatkan sosok laki2 yang baik -jodoh-..
Saya yakin tidak ada yang bisa menghalangi upaya kita untuk bertaubat ke arah kebaikan. Banyak teladan yang menunjukkan hal seperti itu. Umar bin Khattab yg dulu perang melawan Islam akhirnya bergabung dengan Rasulullah SAW dan menjadi panglima luar biasa yang selalu berjuang di jalan-Nya. Atau seperti kisah tokoh wanita dalam novel “Bumi Cinta”nya Ust. Habiburrahman el Shirazy yang walau dulunya terjerumus dalam kenistaan tapi akhirnya bertaubat dan mendapatkan suami yg sangat alim. Wallahualam.
Jangan lupakan masalalu, tapi belajarlah dari sana. Ditambah: tataplah masa depan.
Reblogged this on AeroDest and commented:
Read this one, Ladies!
sepakat mas.saya juga bikin artikel setema. http://arifdwijanarko.wordpress.com/2013/05/22/cantik/
Mantab!!!