Kita Semua Berhak untuk Menjadi Lebih Baik


Kita bisa jadi sangat iri melihat sahabat kita yang sangat pandai melantunkan lagu, atau terkesima dengan senior kita yang hafalan Al-Qur’an-nya hampir lengkap, serta kepiawaian adik angkatan kita dalam melakukan pemrograman C# membuat kita takjub. Adalah lumrah jika kita mengagumi kelebihan orang lain, tetapi yang tidak boleh adalah jika kekaguman pada orang lain tersebut membuat kita merasa rendah diri dan tidak berguna. Tidak boleh.

Setiap individu diberikan-Nya masa lalu dan latar belakang yang berbeda-beda. Bukan untuk kutuk jika ternyata masa lalu itu kita anggap kurang baik. Sebaliknya. masa lalu itulah pembelajaran bagi kita, dengan apa yang kita lakukan (dan yang terjadi pada  kita), kita bisa menjadi orang yang seperti sekarang ini. Kemudian kita bisa memilih: apakah kita mau menjadi orang yang sama atau menjadi lebih baik lagi? Jika kita hendak menjadi pribadi yang sama, maka kita tinggal hidup seperti itu saja. Akan tetapi jika hendak berubah, maka pastinya kita juga harus mengubah pola pikir dan cara hidup kita.

Barangkali kita sekarang berkembang menjadi pria pemalu, gadis yang susah berkomunikasi karena gagap, mahasiswa yang masih belum bisa berbahasa Inggris, atau juga sebagai anak yang suka minum-minuman keras. Tidak berarti itu adalah akhir dari diri kita. Kita mempunyai hak dan peluang untuk merubahnya. Jangan biarkan kondisi dan lingkungan kita sekarang menghalangi diri ini dari mengembangkan potensi dan kelebihan kita sehingga bisa lebih berkontribusi pada sekitar. Kita berhak untuk mengurangi kelemahan kita dan melejitkan keunggulan-keunggulan diri ini.

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mengakui bahwa kita mempunyai kekurangan itu. Sangat wajar jika setiap manusia punya kekurang. Tidak usah kita terlalu larut di dalamnya. Kemudian kita menyadari bahwa kita perlu melakukan sesuatu untuk merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Kita evaluasi diri ini: apa saja kekurangan dan kelebihan kita. Inilah ‘start’ awal dari perjalanan jauh untuk memperbaiki diri.

Kedua, kita perlu menentukan hendak jadi apa kita di masa mendatang. Orang seperti apa sih yang kita inginkan dari diri ini. Entah mengurangi rasa malu yang berlebihan, melatih kemampuan berbicara di depan umum, menjadi mahasiswa yang cakap berbahasa Inggris, atau menghilangkan kebiasaan minum-minuman keras. Dengan mempunyai tujuan yang jelas, maka kita akan lebih mudah untuk mencapainya. Dengan mempunya ‘ends’ (tujuan) dari perjalanan itu, maka kita bisa dengan lebih tepat menentukan bagaimana cara kita mencapainya.

Setelah tahu ‘start’ dan ‘ends’ dari perjalanan itu, langkah berikutnya yang sangat penting adalah merencanakan ‘rute’ untuk menghubungkan keduanya. Kita menyusun rencana bagaimana caranya agar kita bisa berubah dari kondisi kita sekarang menjadi pribadi dengan karakter seperti yang tercantum pada ‘ends’ tadi. Banyak cara yang bisa kita lakukan, salah satu yang paling sering berhasil adalah dengan belajar dari yang sudah berhasil.

‘Learn from the best,’ salah satu pepatah yang menyarankan kita untuk belajar dari orang-orang yang telah berhasil pada bidangnya, sehingga kita bsia memahami ‘best practice’ pada bidang tersebut. Kalau ada teman dekat yang sudah berhasil pada bidang tersebut, kita bisa banyak berdiskusi dan belajar darinya. Jika tidak ada, tokoh-tokoh yang lebih terkenal bisa menjadi alternatif, dengan cara membaca buku atau artikel tulisannya mengenai caranya agar bisa mengatasi kesulitan tersebut dan menjadi orang yang sukses. Mencari bacaan atau video/film yang mengisahkan keberhasilan seseorang juga dapat dipakai sebagai alternatif tambahan.

Dalam proses belajar itu, kita tidak boleh merasa sudah pintar. Tetaplah merasa rendah hati dalam belajar. Insya Allah hasilnya akan lebih terasa.

Proses menapaki rute untuk mencapai titik akhir tidak akan mudah. Kadang kita jenuh, letih karena sudah lama tapi belum berhasil, atau bahkan niatan untuk memperbaiki diri itu hilang. Oleh karena itulah kita perlu keuletan dan kesabaran dalam berproses. Tembok Besar China tidak dibangun dalam satu malam, Terusan Suez pun bukan pekerjaan satu hari. Semuanya membutuhkan proses untuk sampai pada tujuannya. Marilah kita sadari itu, tidak mudah menyerah, selalu optimis dalam menyikapi segala keputusan-Nya akan diri kita. Seperti kata Ahmad Fuadi, Man Jadda Wajada dan Man Shabara Zhafira,  siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses dan siapa yang sabar akan beruntung.

Selamat berjuang kawan. Mari kita selalu perbaiki diri kita, agar menjadi insan yang lebih berkompetensi, kemudian mampu menjadi figur yang berkontribusi pada sekitar, dan menjadi pemimpin yang menginspirasi orang lain. Salam Perjuangan!!