Perjalanan Menggapai Mimpi (bagian 3)
Tulisan ini merupakan kompilasi dari empat cerita pendek tentang kisah perjalanan saya dalam mencari beasiswa S2.
Bagian pertama | Bagian kedua | Bagian ketiga | Bagian keempat
6. Perjalanan Tak Terencana, Namun Justru Membawa Penguatan Diri yang Luar Biasa: Sepenggal Kisah di IBM Indonesia
Pendaftaran S2 yang sudah jarang dibuka serta aplikasi saya yang tak kunjung ada kepastian, serta tanggung jawab saya sebagai anak pertama yang harus menafkai adik, membuat saya untuk terpikir menyambangi dunia kerja dahulu, sebelum meneruskan S2. Kebetulan salah satu perusahaan IT terbesar di dunia dan satu-satunya perusahaan IT yang bisa bertahan lebih dari 100 tahun, IBM Indonesia, membuka pendaftaran untuk magang selama 4 bulan, yang saya anggap sangat cocok karena jika pun saya berangkat tahun 2012, maka saya bisa mengisi waktu saya dengan banyak belajar dan berkarya di perusahaan ini. The Big Blue pun menjadi perusahaan pertama dan satu-satunya perusahaan yang saya daftari.
Setelah mengikuti seleksi berlapis-lapis yang sangat ketat, ternyata akhirnya kami belum berjodoh, harus saya relakan memang. Namun saya mendapatkan pelajaran yang luar biasa, jawaban atas banyak pertanyaan yang selama ini saya ajukan pada diri sendiri dan telah lama tidak terjawab, dan akhirnya menjadi kekuatan utama saya yang paling saya syukuri: nurani. Interaksi saya dengan Pak Ivan, Isti, Desy, dan Kintan (IBM) memang tak lebih dari 8 jam, namun pesan “nurani” tadi menjadi kado tak ternilai. Bahwa setiap tindakan kita tidak cukup hanya didasari pada rasionalitas akal atau itung-itungan ekonomi, namun harus juga dilandasi dengan ketulusan hati yang hanya mengharap ridha-Nya, yang terwujud dalam kepedulian kita terhadap sekitar dalam berbuat. Saya yakin inilah salah satu hal yang Dia berikan kepada saya yang harus saya syukuri, terutama saat kita hidup di era modern yang (sebagian besar) hanya didasari pada untung-rugi empiris dan rasionalitas otak yang nyatanya terbatas. Tak pernah terbayang pesan seperti ini muncul dari perusahaan seperti IBM, bukan dari KRPH di Masjid Mardliyah UGM atau kajian di Masjid Salam oleh kawan-kawan GAMAIS ITB.
Dari kantor ini pula saya semakin meyakini bahwa kita tidak harus lama mengenal seseorang agar bisa menjadi teman dekat. Obrolan ringan saat makan siang bersama atau diskusi selama 10 menit kadang cukup untuk menjadikan seseorang menjadi kawan dekat. Agak aneh emang, kadang kawan kos yang hidup bersama lebih dari satu tahun tidak mampu dekat dengan kita, tapi kawan yang baru bertemu sekali bisa menjadi sahabat akrab. Nonetheless, that happens in many parts of our lives. Kesadaran akan hal itulah yang semakin membuat saya tambah semangat untuk semakin berusaha menjadi teman yang terbaik bagi kawan-kawan saya, baik pada mereka yang telah lama bersama saya ataupun bagi mereka yang dipertemukan pada saya hanya sebentar saja di masa lamapau maupun masa mendatang.
7. Menyelami JTETI UGM: Dari Curcol dengan Ketua Jurusan Hingga Momong Bayi
Setelah kepastian kampus untuk S2 telah di tangan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan menimba ilmu di jurusan (JTETI), bukan sebagai mahasiswa namun dengan membantu apa yang saya bisa demi semakin memajukan jurusan. Di sinilah saya kenal dekat dan banyak berguru pada Mbak Amel dan Mas Dedy, dua senior saya yang memberikan contoh-contoh luar biasa dalam bekerja secara profesional, dalam mengatur waktu antara keluarga dan kerja, serta bisa tetap selalu ceria dan penuh semangat walau kerja penuh tantangan (dan kadang tekanan) secara rutin Senin-Jumat, serta yang paling penting bisa tetap menikmati segala proses itu.
Dengan kesempatan ini, saya bisa lebih sering berinteraksi dengan dosen dan karyawan yang ada di kampus (termasuk saat curcol dengan Kajur tentang seleksi DikTendik Berprestasi dari DIKTI), tahu lebih mendalam tantangan dan problematika yang dihadapi jurusan, serta banyak belajar dari kisah-kisah pribadi banyak dosen dan karyawan hebat di JTETI UGM. Selama empat bulan ini saya bisa terlibat dalam pameran program pasca jurusan, seminar+workshop jurusan di Jakarta, serta dalam pembuatan situs web jurusan berbahasa Inggris.
Salah satu momen yang paling mengasyikkan adalah saat saya bisa menjadi baby-sitter Brama, saat ibunya (Mbak Amel) harus lembur di kantor. Lumayan bisa latihan momong bayi sebelum menggendong putra saya sendiri di kemudian hari. Hehe…
8. Walau GEJE, Tetap Penuh Prestasi
Kita akan menjadi tambah semangat jika berada pada lingkungan yang penuh semangat dan prestasi. Saya sangat bersyukur bisa nimbrung urun tenaga dan pikiran dalam proses seleksi Mahasiswa Berprestasi UGM 2012, yang diawali dari pertengahan Maret dengan publikasi acara, seleksi fakultas di pertengahan April, lalu kami ada SuperCamp di awal Mei untuk mempertemukan semua Mapres fakultas untuk diseleksi menjadi 6 orang dalam grand final, dilanjutkan dengan seleksi akhir pada pertengahan Mei dan pembekalan pada bulan Juni-Juli.
Melihat generasi muda yang penuh semangat mengembangkan diri, kaya akan prestasi, penuh ide cemerlang, dan siap untuk bekerja keras, merupakan kenikmatan tersendiri. Dalam beberapa pertemuan yang terselenggara, mereka begitu cair dalam berdiskusi namun tetap matang dan penuh ide dalam momentum-momentum serius. Baru kali ini sepertinya keluarga besar Mahasiswa Berprestasi UGM bisa berkumpul dan bergeje ria, lintas angkatan dan bidang ilmu. Senang rasanya bisa berkumpul dengan kawan-kawan yang sering kita sebut sebagai keluarga GEJE. ^_^ Empat bulan yang penuh makna dan kenangan berinteraksi dengan mereka semua.
Pingback: Perjalanan Menggapai Mimpi (bagian 1) | A Call for Youth
Pingback: Perjalanan Menggapai Mimpi (bagian 2) | A Call for Youth
Pingback: Perjalanan Menggapai Mimpi (bagian 4) | A Call for Youth