Rahmi Khamsita, Mahasiswa Aktivis yang Sarat Prestasi Akademis
Ibarat minyak dan air. Begitulah anggapan sebagian besar orang tentang prestasi akademis dan aktivisme di masyarakat. Keduanya dianggap sebagai dua hal yang berbeda, atau bahkan bertolak belakang dan saling mengalahkan satu dengan lainnya. Atas pola pandang yang nyeleneh tersebut, sosok Rahmi hadir untuk membuktikan kesalahan pola pikir seperti itu. Keaktivan Rahmi Khamsita di banyak kegiatan kemahasiswaan dan gerakan mahasiswa dibarenginya dengan rentetan prestasi akademis, bahkan dia menjadi salah satu grandfinalis dalam pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UGM 2012.
Melanjutkan artikel sebelumnya tentang profil para Mapres UGM 2012, kali ini kita akan menyelami kehidupan Rahmi Khamsita semasa dia berkuliah dan beraktivitas di UGM selama empat tahun terakhir. Apa saja yang telah dia lakukan dan ikuti selama di kampus sehingga dia bisa menjadi salah satu dari 6 mahasiswa unggul di UGM? Serta bagaimana mungkin sosoknya mampu merontokkan pandangan yang keliru tentang relasi antara aktivisme dan prestasi akademis.
Alumni SMA N 8 Jakarta ini telah aktif di kegiatan kemahasiswaan di kampus sejak tahun pertamanya di kampus. Setelah 1 tahun mengabdi sebagai staf departemen, pada tahun keduanya Rahmi didaulat sebagai PH dengan menjabat Kepala Lembaga Kekaryaan Jurnalistik BEM KM Farmasi. Pada tahun 2009-2010 Rahmi juga dipercaya sebagai pimpinan redaksi majalah Farsigama yang terbit di fakultas Farmasi UGM, kemudian diberikan amanah sebagai Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Farsigama di fakultasnya.
Niat Rahmi untuk lebih berkontribusi secara nyata pada masyarakat membawanya bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO komisariat Farmasi UGM selama satu tahun. Kemudian per 2010 putri Bapak Herman Luthain ini masuk ke jaringan yang lebih besar, HMI Cabang Sleman. Selain kegiatannya di HMI, Rahmi juga menjadi bagian penting dari Komunikasi Mahasiswa Minang (Forkommi), dimana Rahmi diberikan amanah sebagai Kepala Bidang Dakwah dan Sosial.
Untuk mengimbangi aktivismenya di bidang kemahasiswaan dan gerakan, gadis penggemar traveling dan membaca ini bergabung dengan CCRC (Cancer Chemoprevention Research Center) mulai tahun 2009, dimana dia banyak terlibat dalam dunia penelitian bidang farmasi, khususnya dalam penanganan kanker. Rahmi banyak sekali terlibat dalam dunia penelitian, mulai dari yang bertaraf perguruan tinggi (PT) hingga yang berlabel international. Salah dua dari penelitian Rahmi di tingkat PT membahas seputar “Sensitivitas Sel MCF-7 terhadap Cisplatin berdasarkan Prediksi Penghambatan Glutathione S-Transferase” dan “Investigasi Lapangan dan Laboratorium Produk Herbal Antikanker di Masyarakat sebagai Upaya Perlindungan Konsumen dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat.”
Sedangkan di tingkat nasional, gadis yang lahir tanggal 4 Januari ini pernah memimpin penelitian tentang Bedak Tabur Antibakterial Sedang serta Pengembangan Nilai Jual Daun Pepaya sebagai Antikolesterol. Tidak hanya itu, Rahmi pun telah mempunyai 4 paper berlabel internasional dan 2 karya yang dia presentasikan di tingkat nasional. Beberapa karyanya tersebut dipresentasikan pada 2nd International Conference on Pharmacy and Advanced Pharmaceutical Sciences, Asia Pasific Pharmaceutical Symposium, dan International Seminar On Translational Research In Cancer Chemoprevention.
Meskipun aktif meneliti dan punya segudang prestasi, Rahmi tidak lupa dengan sekitarnya. Pada tahun 2010 saat Merapi meletus, mahasiswi asal Padang, Sumatra Barat ini bersama kawan-kawannya dari Farmasi menjadi relawan di stadion Maguwoharjo. Saat aktif di BEM KM Farmasi, Rahmi juga menjadi relawan di desa mitra di Sardonoharjo. Rahmi juga menjadi relawan yaketunis pada tahun 2011. Di kampus Rahmi telah mengabdi sebagai asisten praktikum Biokimia selama dua tahun berturut-turut, 2010-2011.
Atas dasar track-recordnya yang memukau, mahasiswi semester akhir ini dianugrahi National Youth Innovation Award oleh Kemenpora pada serta predikat Mahasiswa Berprestasi Bidang Publikasi dan Karya Ilmiah oleh UGM, keduanya pada tahun 2011. Secara berturut-turut mulai dari tahun 2009 hingga 2012, Rahmi selalu berhasil mendapatkan grant Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari DIKTI, Kemendikbud. Dalam program Hibaha Penelitian Mahasiswa oleh PPKB UGM, Rahmi juga berhasil mendapatkan dana hibah selama dua kali pada tahun 2011. Di samping dunia penelitian, Rahmi juga berhasil menyabet penulis dengan opini terbaik dalam workshop jurnalistik Harian Republika, semifinalis lomba Debat Nasional Kefarmasian, dan finalis Inovasi Pengembangan IPTEK Nasional dari Kemenpora, pada tahun 2010.
Negasi dari anggapan yang salah kaprah tentang ketidakharmonisan aktivisme dan prestasi akademis, itulah sosok seorang Rahmi. Semoga dengan membaca kisah Rahmi ini, pandangan kita bisa tercerahkan: bahwa dunia aktivisme dan prestasi akademis sangat bisa hidup berdampingan secara harmonis, saling menguatkan. Saat kita belajar keras di kelas untuk mencapai prestasi akademis, maka aktivisme di masyarakat adalah muaranya.
Kisah Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UGM Lainnya:
nice post…
semoga terus berprestasi…
mohon doanya semoga pemuda/pemudi unggul di negerini ini, sperti Rahmi, bisa terus bekerja keras dan semakin mengembangkan diri agar menjadi insan yg makin berprestasi.
Pingback: Faelasufa, Mahasiswa Lokal Prestasi Internasional | A Call for Youth
Pingback: Pemuda Cerdas nan Aktif itu Namanya Detiza Goldianto | A Call for Youth
Pingback: Prestasinya Sesemerbak Namanya, Gresika Bunga, Grandfinalis Mapres UGM 2012 | A Call for Youth
Pingback: Herwandhani Putri, Mahasiswa Berprestasi UGM yang Aktif Meneliti | A Call for Youth
Pingback: Nuzul Sri Hertanti, Aktivis Kesehatan yang Menjadi Mahasiswa Berprestasi UGM | A Call for Youth
Pingback: Faelasufa, Mahasiswa Lokal Prestasi Internasional | A Call for Youth