Indahnya Tidak Menyontek
Menyontek. Satu kata yang sangat kuat melekat pada sosok pelajar (siswa maupun mahasiswa). Fenomena yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan belajar di lembaga pendidikan di negeri ini, baik saat mengerjakan tugas maupun saat menghadapi ujian.
Walau terkesan sederhana, kebiasaan menyontek membawa dampak jangka panjang yang sungguh luar biasa. Luar biasa buruknya. Kebiasaan menyontek akan menjadikannya sebagai karakter pribadi seseorang. Dari mulai biasa menyontek saat mengerjakan tugas, hingga akhirnya plagiat saat membuat karya, menggelapkan dana perusahaan, hingga mengeruk kekayaan rakyat lewat korupsi.
Sebagai generasi cerdas bangsa ini, mari kita hilangkan budaya tersebut dari diri kita dan dari lingkungan kita. Kenapa? Karena dengan tidak mencontek maka kita bisa menjadi pribadi yang jauh lebih unggul, jauh lebih kompeten. Berikut ini berbagai keuntungan yang akan kita dapatkan dengan TIDAK menyontek.
1. Menguatkan rasa percaya diri
Kawan-kawan yang menyontek berarti mereka tidak percaya dengan kemampuannya sendiri. Jika ini dibawa terus, maka dia akan menjadi pribadi yang lemah percaya dirinya, selalu membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang lain, tidak bisa menjadi pribadi yang unggul. Sedangkan orang yang mempersiapkan diri dengan baik dan tidak menyontek saat ujian, dia akan menjadi pribadi yang lebih percaya pada dirinya. Berusaha menampilkan yang terbaik dari dirinya, tidak mudah terpengaruh dengan orang lain.
Salah satu karakter yang sangat penting pagi seorang pemimpin adalah kepercayaan dirinya kuat, punya visi matang, dan tidak mudah terpengaruh orang lain. Dengan terbiasa tidak menggantungkan diri pada orang lain, seseorang akan lebih siap untuk mengambil pilihan-pilihan hebat dalam hidupnya, lebih tahu kapasitas dirinya, dan siap untuk menghadapi sesuatu yang terasa berat.
2. Melatih kejujuran diri
Barangkali inilah nilai yang paling penting dari menghindarkan diri dari dunia contek-menyontek. Kita menjadi pribadi yang jujur, tidak suka melanggar peraturan dan tidak memerlukan pengawasan orang lain untuk menunjukkan kinerja terbaik kita. Sosok yang tidak suka menyontek akan mampu mengendalikan diri dari iming-iming korupsi, karena dia yakin Tuhan YME selalu mengawasi dia, walau orang lain tidak melihat dan/atau dia cukup cerdas untuk mengakali orang lain.
3. Integritas moral dan konsekuen
Dengan menjauhi percontekan, kita akan menjadi sosok yang konsekuen, siap menerima hasil dari apa yang kita upayakan. Jika kita telah bekerja keras untuk belajar, maka kemungkinan besar hasil ujiannya pun akan bagus. Jika kita tidak belajar, maka seringkali ujiannya kurang maksimal. Kita harus bisa menerima kenyataan itu.
Salah satu alasan utama orang menyontek adalah karena kurangnya persiapan, menginginkan hasil maksimal dengan persiapan minimal. Sungguh ironis. Jika kita membiasakan hal tersebut, maka kita akan menjadi pribadi yang kehilangan integritas moral dan tidak siap menerima konsekuensi atas kerjaan kita. Pegawai bank yang ingin kaya namun malas, akhirnya menggelapkan dana nasabah untuk kepentingannya. Pun sama dengan beberapa anggota DPR yang menilep uang rakyat demi kekayaan pribadi/kelompok.
4. Penuh persiapan dan pekerja keras
Sebagai pribadi yang tidak menyontek, kita akan terbiasa untuk mempersiapkan diri untuk melakukan berbagai hal yang kita harapkan. Kita terbiasa belajar, tanya teman, diskusi, latihan soal, dan berdialog dengan gosen/guru. Sehingga saat melakukan hal lain, kita bisa mempersiapkan diri dengan baik. Saat kita menginginkan partai kita menang pemilu, maka yang dilakukan adalah dengan membangun peradaban masyarakat dalam jangka waktu yang panjang, bukan cuma bagi-bagi uang/sembako/barang lain menjelang pemilu, atau menjelek-jelekkan partai lain. Fenomena yang kita lihat dengan nyata di tanah kebanggaan kita ini.
5. Ketaatan pada nilai-nilai diri
Saat kita bicara antikorupsi, anti-mavia pajak, anti-rasisme, dll., terasa sangat mudah diucapkan di bibir, namun kita belum pernah berada pada lingkungan nyata dimana kejadian-kejadian tersebut berlangsung. Toh banyak pula orang-orang yang dulunya berkoar-koar anti-korupsi, ujung-ujungnya menjadi bos besar koruptor.
Salah satu cara untuk melatih dan mempersiapkan diri kita adalah dengan membiasakan diri untuk tidak menyontek. Walau teman sekelas menyontek, kita harus tetap percaya diri tidak menyontek. Walau diiming-imingi contekan, tidak usah kita terima. Karakter inilah yang akan kita bawa ke dunia kerja profesional nanti. Kita tidak akan mudah dipengaruhi dan dipaksa oleh lingkungan, kita bisa menjadi pribadi kita yang jujur, dan tetap bisa berbuak baik walau lingkungan kita tidak.
Walau tampak sederhana, kebiasaan menyontek bukanlah hal yang mudah untuk dilepaskan, walau pun juga tidak mustahil untuk kita enyahkan dari dunia pendidikan negeri ini. Mari kita mulai dari diri kita masing-masing, lalu kita sebarkan energi positif itu ke sekitar kita. Kita memang pernah menyontek di masa lalu (hanya sangat sedikit orang yang sama sekali tidak pernah melakukannya), namun tidak berarti kita harus selamanya tergenang dalam kebiasaan buruk itu. Mari kita biasakan budaya jujur di negeri ini.
Nice posting, Mas Nasikun! 😀
Mungkin sekedar berbagi pengalaman saja. Saya rasa ‘budaya nyontek’ ini juga terbentuk dari lingkungan terdekat di mana anak berkembang. Keluarga dan sekolah, misalnya. Masih banyak orang tua dan pendidik yang saya lihat kurang ‘ngeh’ nanemin nilai2 kejujuran sejak dini, misal untuk tidak menyontek. Mirisnya, banyak pendidik yang justru ‘encourage’ siswa2nya berbagi contekan pas ujian dgn harapan semua siswa bisa Lulus 100%. 😦 So pathetic ketika segalanya cuma diliat dari hasil akhir (nilai), bukan prosesnya (mendapat nilai itu).
Alhamdulillah, saya sendiri lahir di lingkungan keluarga yg mengutamakan kejujuran di atas segalanya. Saya masih inget pesan ibu saya (yg pd akhirnya menjadi prinsip saya selama ini), “Lebih baik dapet nilai 0 dengan usaha sendiri daripada dapet 100 tapi cuma nyontek.” Mungkin terkesan ‘dramatis’ sih, tapi apa yg ibu pengin ajarin dari saya ya itu, belajar menghargai usaha sendiri, belajar berproses dengan ‘baik’ dan ‘benar’. Apresiasi dan motivasi dari ortu dan guru saya saat itu (baik saat saya dapet nilai baik ato buruk sekalipun) ternyata cukup jitu memebentuk pribadi yang tidak suka menyontek. Lagi-lagi, tugas besar kita sebagai (calon) orang tua dan pendidik masa depan untuk lebih memperhatikan hal ini. 🙂
Btw, maaf kalo komentar ini kepanjangan. Saya ‘terlalu’ bersemangat kalo ngomongin hal2 berbau pendidikan dan pembentukan karakter anak. 😀
Can’t wait to hear your feedback 🙂
Syarat agar tidak mencontek adalah mudah
Perbanyak ujian Open Book 😀 Hehehe peace bro
haha.. boleh juga tuh bro.. tapi kalau mentalnya sudah nyontekan, pasti ada aja jalan buat nyontek..
kalau sudah belajar aja masih pengen nyontek, apalagi kalau ndak belajar dan ngandalin openBook.. bisa jadi modus menyontek dengan tuker2an bahan tuh.. haha
Jangan membuka kedok dong kun ;D