Syarat-Syarat Umum untuk Mengikuti Program Internasional


Studying Abroad

Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya (tentang program internasional 1 dan program internasional 2), sekarang peluang bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia untuk mengikuti program internasional sudah sangat terbuka. Pergi ke luar negeri yang dulu dianggap sebagai hal yang luar biasa susah, sekarang sudah menjadi kegiatan yang semakin terbuka untuk semua orang.

Oleh karena itu, kawan-kawan semua, mari jangan takut untuk berani bermimpi bisa ke luar negeri atau bagi yang sudah sering ke luar negeri, mohon jangan terlalu menganggap hal itu sebagai perkara yang luar biasa.

Setiap program memiliki syarat-syaratnya masing-masing, tetapi ada beberapa persyaratan yang saya lihat cukup umum dan dibutuhkan pada di hampir setiap program. Berikut ada beberapa persyaratan yang barangkali bisa membantu kawan-kawan semua untuk mewujudkan mimpi-mimpinya merasakan salju di negeri tetangga.

1. Bukti Kemampuan Berbahasa (TOEFL [iBT, PBT, CBT, ITP] /IELTS/TOEIC etc)

Karena kita harus berkomunikasi menggunakan bahasa asing, kita harus meyakinkan lembaga penyelenggara program ke luar negeri tersebut bahwa kita bisa berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Karena bahasa internasional adalah bahasa Inggris, maka sangat wajar jika kita diminta mengirimkan buki kefasihan kita dalam berbahasa Inggris.

Beberapa program sangat ketat, sehingga mereka mensyaratkan international certificiation, seperti TOEFL iBT, CBT, PBT atau IELTS. Namun beberapa program juga membolehkan TOEFL ITP (formatnya persis dengan PBT), bahkan kadang TOEFL-like/-simulation pun masih bisa diterima.

Untuk aman, skor di atas 550 (rata-rata syaratnya 500) untuk TOEFL/7 untuk IELTS harus kita siapkan jauh-jauh hari, sehingga saat peluang terbuka, kita siap.

2. Essay/Motivation Letter

Untuk menguji seberapa serius kita menginginkan program ke luar negeri, seringkali kita diminta untuk menulis suatu essay dengan topik tertentu atau motivation letter/statement of purpose/cover letter. Secara umum, ada 3 hal yang coba saya selalu utamakan saat menulis motivation letter:

  • # bagaimana visi hidup saya
  • # apa saja hal-hal yang akan saya dapatkan dari program tersebut, sesuai dengan visi hidup saya
  • # apa yang bisa saya berikan/kontribusikan pada program tersebut (dengan bukti kontribusi/peran yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya, supaya lebih meyakinkan)

Jika visi hidup kita dan tujuan program klop, maka peluang kita untuk diterima pun semakin besar. (Berikut ini ada salah satu panduan cara menulis Motivation Letter/Statement of Purpose yang sangat menarik: Silahkan Baca )

3. Surat Rekomendasi Dosen

Beberapa program (tidak semua) mensyaratkan para pesertanya untuk mendapatkan surat rekomendasi dari dosen. Biasanya yang diminta adalah (i) dosen pembimbing akademis, (ii) dosen pengajar yang dekat dan tahu potensi kita, atau (iii) dosen-dosen yang menjabat sebagai pengurus di struktural kampus.

Ada beberapa pendapat yang agak berbeda dalam hal ini. Beberapa mengatakan bahwa siapa pun yang memberikan rekomendasi tak masalah, yang penting kontennya bagus. Jadi, rekomendasi dari dosen yang sangat tahu kita, walau beliau tidak memegang jabatan strategis akan sangat kuat.

Namun saya cenderung sepakat pada argumen bahwa semakin tinggi jabatan (baik gelar akademis dan jabatan di struktural) akan semakin menguatkan kita. Oleh karena itu, cobalah menjalin hubungan dengan dosen-dosen yang sudah mendapat pengakuan nasional/internasional serta dengan dosen-dosen pengurus kampus, entah ketua jurusan, dekan, rektor, atau bahkan petinggi-petinggi DIKTI.

4. IPK (GPA)

Walau tidak begitu signifikan, IPK sering dilihat oleh penyelenggara program. Biasanya sebagai cut-off/pemangkas jumlah pendaftar. Setelah itu akan jarang dilirik lagi, sehingga IPK 3.00 sudah cukup aman. Walau tentunya IPK 3.8 pasti akan lebih kuat bobotnya. So, pertahankan IPK yang cukup bagus ya… ^_^

5. Passport

Sebagian program mensyaratkan pesertanya untuk telah memiliki passport, sebagai bukti kewarganegaraan peserta tersebut. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk memproses pembuatan passport saat masih sempat. Waktu pembuatan passport sekitar satu minggu, dengan biaya sekitar Rp 255.000,00.

6. Borang/Form Aplikasi

Hampir semua program meminta pesertanya untuk mengisi form aplikasi. Sangat umum. Namun Anda harus memastikan bahwa semua field/tempat harus terisi dengan sebaik mungkin. Going extra miles: lakukan yang terbaik untuk setiap field yang Anda isi, check dan re-check lagi sampai Anda puas dengan setiap dan semua jawaban Anda. 😀

7. CV/Resume

Untuk semakin menguatkan aplikasi kita, CV/Resume seringkali juga diminta untuk dikirimkan. Pentingnya CV adalah untuk mengetahui segala kegiatan kita; bukan hanya kegiatan akademis namun juga kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler kita, hobi dan keminatan kita, kemampuan bersosiasi, dan prestasi-prestasi kita.

Tidak perlu menuliskan semua kegiatan kita, hanya cantumkan saja hal-hal yang tampaknya dicari oleh panitia seleksi. CV yang terlalu tebal dan tidak terfokus bisa membuat orang jadi malas dan kehilangan interest terhadap kita.

Selamat berjuang bagi kawan-kawan yang hendak meraih mimpinya ke negeri asing. Hwaiting!!!