Pentingnya Perencanaan Hidup


Planning

Planning

Setiap dan masing-masing manusia diberikan kapasitas dan kecenderungan yang berbeda-beda; apalagi ditambah kenyataan bahwa kita hanya mempunyai waktu yang sangat sebentar untuk hidup. Lalu apakah kita hanya akan menggunakan usia hidup kita yang sangat sebentar itu secara biasa-biasa saja? Hanya mengikuti arus membawa kita kemana, tanpa berupaya untuk mencoba mencari muara yang terbaik untuk diri kita? Kita dituntut untuk tidak sekedar mengikuti apa yang dikatakan orang lain benar, tetapi mengikhtiarkan untuk mencari tahu yang paling tepat untuk diri kita.

Salah satu alternatif yang bisa kita tempuh untuk mencapai yang terbaik dalam hidup kita adalah dengan membuat perencanaan hidup, sebagai usaha kita untuk mencari yang terbaik bagi diri titipan dari ilahi. Ada banyak manfaat yang bisa kita petik dari proses perencanaan hidup kita, saya berupaya untuk menguraikan beberapa pikiran saya. Pengalaman-pengalaman yang selama ini saya rasakan sebagai efek baik dari perencaan hidup.

  1. Meningkatkan probabilitas keberhasilan hidup

Dengan perencanaan aja bisa gagal, apalagi tanpa perencanaan! Alasan yang paling sederhana. Jika kita telah berusaha untuk merencanakan hidup saja bisa gagal, apalagi kalau tanpa perencanaan, sudah hampir pasti lebih besar peluang kegagalannya. 😀 Saya suka mengibaratkan seseorang yang mempunyai gelas kosong, lalu dia ingin supaya dia bisa minum es jeruk dari gelas itu. Tentunya dengan dia membikin rencana untuk bisa mendapatkan es jeruk (baik dengan membeli, ngutang aa’ burjo, atau minta dibeliin teman) akan memberikan kemungkinan berhasil yang lebih tinggi dibandingkan hanya dengan membiarkan gelasnya di atas meja. Mungkin aja temannya sangat ajaib, bisa menebak isi kepalanya, sehingga membelikan es jeruk. Tapi peluangnya kecil sekali. Yang paling mungkin adalah gelas itu akan terisi debu dan kotoran cicak yang singgah disana. Atau bahkan jika temannya iseng, bisa saja gelas tersebut diisi dengan air bak kamar mandi, atau bahkan diambilkan air parit di samping kosan, atau (jika keterlaluan :D) bisa saja dikencingi.

So, daripada membiarkan hidup ini asal lewat, hanya mengikuti arus, lebih baik kita mengikhtiarkan untuk merencanakan yang terbaik untuk kita, supaya gelas kita bisa terisi es jeruk, bukan kencing teman kos kita 😀

  1. Mempunyai jalur dan muara yang lebih jelas dalam hidup

Dengan kita berani untuk berupaya menentukan tujuan hidup kita (sebagai pengusaha ikan tengiri, peneliti nanoteknologi, supir becak di Tegal, atau anggota DPRD Sorong) kita akan lebih bisa melihat lebih jelas hidup kita. Kita tahu kemana kita akan sampai, bagaimana karakter orang di sekitar kita, apa yang harus kita lakukan disana, serta siapa saja saingan kita.

Misalnya kita mengambil contoh Thomas, seorang pemuda yang ingin menjadi anggota DPRD Sorong. Dengan telah menentukan rencananya, dia bisa mulai memvisualisasikan bagaimana kondisinya dia ketika harus berargumentasi dengan para koruptor di dewan legislatif, bagaimana bisa menyuarakan aspirasi warga Papua, serta dia juga bisa menentukan langkah-langkah apa saja (serta kapan dan bagaimana) yang harus dia lakukan. Dia perlu mengambil kuliah bidang politik, mulai masuk ke lembaga pemerintahan, bergabung dengan partai politik tertentu, lebih mengenal masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat, dll.

  1. Mengetahui kompetensi prasyarat yang harus kita penuhi

Manfaat berikutnya yang bisa kita petik dari perencanaan hidup adalah kita tahu kompetensi apa yang harus kita miliki untuk menjadi pribadi yang kita harapkan, serta kapan kita harus menguasai bidang-bidang tersebut. Dalam contoh Thomas, dia bisa memetakan bahwa dia harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang politik pemerintahan daerah di dewan legislatif, mempunyai wawasan ekonomi untuk bisa memberdayakan warga Sorong secara maksimal, kemampuan lobi dan diplomasi, kemampuan finansial sebelum menjabat agar tidak tergoda korupsi, kompetensi bahasa asing, kemampuan orasi dan menulis, serta hal-hal lain.

Pemetaan kompetensi tersebut hampir mustahil jika kita tidak tahu tujuan hidup kita. Kalaupun sudah tahu, seringkali semangat untuk mencapai masing-masing kompetensi juga tidak setinggi jika kita benar-benar menganggap itu kebutuhan penting. Apalagi kalau kita hanya mengikuti tren zaman dalam mengambil pilihan kompetensi, seringkali kita akan terbawa arus, dan tiba-tiba telah sampai di tujuan yang salah pada saat kita menyadarinya. Terlambat.

  1. Membantu mem-PRIORITAS-kan pilihan-pilihan hidup

Menurut saya, inilah salah satu manfaat terpenting dari membuat perencanaan hidup. Pada saat kita dibenturkan pada berbagai pilihan, dengan mempunyai tujuan dan perencanaan hidup, kita akan lebih mudah dalam memilih alternatif yang terbaik. Bagaimana caranya? Dengan kita telah tahu tujuan hidup kita, kita akan lebih cerdas dalam menghadapi pilihan-pilihan yang berat dalam hidup.

Misalnya si Thomas pada saat semester 4 dibenturkan pada pilihan untuk menjadi ketua BEM Fakultas Ilmu Politik di kampusnya, fokus memperdalam bahasa Inggrisnya dengan ikut les, kewajiban sebagai anak pertama untuk bisa mandiri dari orang tua, serta keinginan untuk mengejar IP 4.00 pada semester itu, serta ada pula tawaran untuk menikahi seorang mahasiswa jelita nan cerdas dari fakultas sebelah. Dengan telah memiliki tujuan yang jelas untuk menjadi anggota DPRD Sorong, pada semester 4 tersebut si Thomas lebih memilih untuk memaksimalkan amanahnya untuk menjadi ketua BEM, yang lebih dekat dengan dunia politik, sehingga dia lebih mudah untuk membangun jaringan dengan calon-calon rekannya di masa mendatang. Selain itu, dia juga bisa mulai memetakan mitra-mitra yang potensial untuk menjadi partner wirausahanya setelah dia tidak menjabat nanti. Kemampuan bahasa Inggrisnya bisa dia asah dengan mengadakan program English Day di BEM setiap hari Kamis. Untuk tetap menghargai kuliah dan menjaga IP, Thomas hanya mengambil 12 SKS semester tersebut agar bisa lebih fokus di BEM tetapi juga bisa mendapatkan IP tinggi. Dengan modal tersebut, dia pastinya akan lebih meyakinkan (setelah 3 semester) memutuskan untuk melamar sang belahan hati tersebut 😀 (Walau tak semudah menuliskannya, tetapi kemampuan untuk bisa mengambil pilihan yang tepat dan mengkompromi/memanipulasi prioritas-prioritas sekunder mustahil terjadi tanpa adanya kejelasan perencanaan/visi hidup)

  1. Mengatur irama hidup: kapan harus berlari kencang dan kapan bisa bernafas lebih lega

Dengan mempunyai jadwal bulanan/harian, kita bisa memetakan saat-saat kita harus kerja ekstra, lembur dan mengurangi jam istirahat, serta kapan bisa lebih rileks dalam hidup. Pada bulan Juni-September, Thomas akan mendapatkan beban tanggung jawab yang jauh lebih padat dibandingkan saat bulan November atau April. Dia harus mempersiapkan diri menyelesaikan tugas-tugas akhir kuliah, lalu menghadapi UAS, serta mempersiapkan orientasi bagi mahasiswa baru, tentunya juga masih harus mengurusi segala tetek mbengek di BEM yang sangat menguras tenaga. Dalam periode ini Thomas harus lebih cerdas dalam mengelola jam istirahat, biar tidak kolaps dan jatuh sakit di tengah kegiatan, tetapi juga tidak tampak seperti pemimpin yang kurang peduli dengan bawahannya: tidur seperti hari biasa padahal anak buahnya banyak yang harus lembur sampai jam 2 pagi dan mengawali hari berikutnya mulai jam 6 pagi demi menjalankan amanah yang diemban. Sebaliknya, pada bulan April, kuliah belum begitu padat, serta BEM yang dia pimpin sudah mulai berjalan dan menemukan tempo terbaiknya (asumsi periode BEM dari Januari-Desember), sehingga dia bisa lebih bisa agak rileks pada periode ini.