Resensi Sirah Nabawiyah


Judul Buku : Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajjiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW
Pengarang : Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy
Jumlah Halaman : xv+571
Penerbit : Robbani Press
Tahun Terbit : 1999

Sirah karangan Dr M. Sa’id Ramadhan Al-Buthy menampilkan gaya yang berbeda dalam menuliskan sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Ciri khas yang peresensi amati adalah adanya gagasan ibrah pada setiap peristiwa kehidupan Nabi SAW yang penulis berikan pada pembaca. Masing-masing kisah diawali dengan narasi singkat kisah nabi, kemudian diuraikan dengan rinci faedah yang seharusnya kita ambil dari kisah manusia teragung tersebut.

Secara umum buku ini dibagi menjadi 7 bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang pentingnya sirah dan keadaan bangsa Arab pra-kelahiran Muhammad ibnu Abdullah. Kemudian diteruskan dengan bagian kedua yang menguraikan sejarah kelahiran hingga masa kenabian beliau. Bagian ketiga menjabarkan periode dakwah di Mekah, dari zaman permulaan kenabian sampai masa hijrah. Bagian berikutnya mendeskripsikan kehidupan asas pendirian masyarakat baru paska hijrah.

Bagian kelima dari sirah ini menggambarkan periode perang membela diri yang dialami Nabi SAW bersama para sahabat. Kemudian dilanjutkan dengan bagian keenam tentang Fat’hu Makkah yang bisa dianggap sebagai periode baru dalam dakwah karena kaum muslimin telah mendapatkan posisi strategis di Mekkah. Bagian terakhir mencoba mengungkap kehidupan khulafaur rasyidin, sahabat terbaik penerus Rasulullah SAW.

Bagian 1
Penulis mengutarakan 5 alasan utama bagi setiap muslim untuk mempelajari sirah
a. agar memahami kepribadian Rasulullah SAW melalui kehidupan dan kondisi yang pernah beliau alami
b. supaya manusia mendapatkan contoh ideal menyangkut selulruh aspek kehidupan yang utama untuk dijadikan pedoman kehidupan
c. agar manusia mendapatkan alat bantu untuk memahami kitab Allah dan semangat tujuannya
d. seorang muslim dapat mengumpulkan tsaqafah dan pengetahuan Islam yang benar
e. agar setiap pembina dan da’i memiliki contoh hidup mengenai cara-cara pembinaan dan dakwah.

Kemudian penulis menjelaskan tentang 3 sumber utama pengambilan riwayat kehidupan nabi SAW: dari Al-qur’anul karim, sunnah nabawiyyah yang sahih, dan kitab-kitab sirah terdahulu.

Penulis juga mengungkapkan alasan pemilihan tanah Arab sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhan dakwah Islam. Juga dijelaskan bahwa Muhammad SAW adalah nabi terakhir sekaligus penutup nabi-nabi sebelumnya. Akan tetapi, dakwah beliau bukanlah dakwah yang semuanya baru, melainkan penerus dari dakwah-dakwah nabi sebelum beliau.

Bagian 2
Seperti yang peresensi sampaikan di atas, setiap penggalan kisah kehidupan nabi diikuti dengan ibrah yang bisa kita ambil dari peristiwa tersebut. Dengan demikian, pembaca tidak hanya sekedar tahu kehidupan nabi SAW, namun juga bisa secara eksplisit memahami faedah apa yang Allah sampaikan melaui kisah tersebut.

Sirah diawali dengan nasab dan kelahiran dari manusia paling agung di muka bumi ini, dilanjutkan dengan penyusuannya pada Halimah binti Abu Dzu’aib. Beberapa ibrah dari sini adalah bahwa Allah mengutamakan bangsa Arab dari semua manusia serta untuk menghindarkan nabi SAW dari tuduhan musuhnya bahwa beliau mendapatkan arahan dakwah dari arahan bapak dan/atau kakeknya.

Kisah selanjutnya adalah kisah perjalanan beliau ke negeri Syam dalam rangka mencari kemandirian finansial. Lalu perniagaan beliau dengan harga Khadijah yang kemudian membawa pada pernikahan beliau dengannya.

Bagian ini juga menjelaskan keikutsertaan Muhammad sAW pada pembangunan ka’bah yang kemudian mengukuhkan posisi beliau dalam kehidupan sosial masyarakat Arab. Diteruskan dengan kegemaran nabi SAW menyendiri di gua Hira’ untuk mendapatkan ketentraman hati dan evaluasi diri, dan proses inilah yang ternyata membawa wahyu pertama dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.

Bagian 3

Bagian ketiga menjelaskan tentang perjuangan keras Rasullah SAW dalam mendakwahkan Islam di negeri Araa. Setelah mendapatkan wahyu kenabian, proses dakwah beliau mulai dari kerabat dekatnya dengan cara sirriyatud dakwah. Setelah melaui proses rahasia, wahyu Allah menginstruksikan nabi Muhammad SAW untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.

Proses dakwah secara terang-terangan inilah yang kemudian membawa pertentangan dari para pembesar Arab dan akhirnya terjadi berbagai penyiksaan pedih pada kaum musimin. Periode ini juga memberikan teladan terkait metode perundingan ala Nabi SAW. Kekerasan terus menimpa kaum muslimin, sampai pada pemboikotan ekonomi oleh para musuh-musuh Allah tersebut.

Periode ini juga ditandai dengan momentum hijrah pertama kaum muslimin, meninggalkan tanah Arab untuk menegakkan ajaran Allah dan melindungi kaum muslimin dari berbagai kekejaman di Mekah. Yang tidak kalah menyedihkan adalah masa ‘amul huzni dimana Istri dan paman Nabi SAW, Khadijah r.a dan Abu Tholib meninggal dalam waktu yang berdekatan.

Lalu Allah memberikan mukjizat Isra’ dan Mi’raj untuk menenangkan hati Muhammad SAW yang sedang galau, dimana beliau mendapat perintah langsung untuk sholat dari-Nya.

Setelah periode itu, nabi SAW mulai mendatangi kabilah-kabilah Anshar untuk mengajak mereka masuk Islam. Inilah awal mula kaum Anshar memeluk Islam. Baiat Aqabah pertama dan kedua menjadi titik emas capaian pengkaderan dari seorang Muhammad bin Abdullah. Setelah itu, beliau mengizinkan kaum muslimin untuk hijrah ke Madinah.

Bagian 4

Dalam periode ini, kaum muslimin telah mendapatkan rumah baru sehingga fokus dakwah nabi SAW adalah pada pembangunan masyarakat baru, kaum muslimin yang hidup berdampingan dengan penduduk non-muslim secara damai.

Masa ini diawali dengan pembangunan masjid dan pembinaan kader melalui masjid. Momentum ini memberikan beberapa ibrah: a) urgensi masjid dalam masyarakat dan negara Islam, b) pernyataan hukum terhadap anak kecil dan anak yatim yang belum dewasa, c) pembolehan memindahkan kuburan usang dan menjadikkannya sebagai masjid, dan d) hukum memugar, menghiasi, dan mengukir dinding masjid.

Ketika hidup bersama dengan kaum non-muslim, dibutuhkan ukhuwah yang sangat tinggi antarkaum muslimin. Juga pentingnya perdamaian dengan kaum non-muslim, dibuktikan dengan ditandatanganinya perjanjian antara kaum muslimin dengan orang-orang di luar Islam.

Bagian 5

Periode kelima merupakan periode dengan berbagai peperangan besar dialami oleh kaum muslimiin, ditandai dengan peperangan pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Salah satunya adalah perang Badar al-kubra dan Perang Uhud.

Diantara dua perang besar tersebut, terjadi pengkhianatan pertama kaum Yahudi terhadap kaum muslimin. Pengkhiatan berikutnya terjadi dalam tragedi Ar-Raji’ dan Bi’ru Ma’unah dimana para dai yang dikirimkan Rasulullah SAW pada suatu kaum dikeroyok dan dibunuh oleh pimpinan bani setempat.

Beberapa kejadian lain adalah pengusiran kaum Yahudi bani Nadhir, perang Dzatur Riqa’ serta perang bani Musthaliq. Salah satu perang besar dalam Islam, perang Khandaq, juga terjadi pada periode ini. Kisah terakhir dari bagian kelima adalah peperangan banu Quraidah sebagai tanda kebolehan untuk berperang dengan kelompok yang melanggar perjanjian.

Bagian 6

Periode bagian keenam adalah masa baru dalam dakwah karena kaum muslim telah mendapatkan posisi strategis dan cukup kuat kuasanya. Diawali dengan perdamaian Hudaibiyah dan Bai’atur Ridwan yang mencohkan kita untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum musyrikin atau musuh.

Dengan terjadinya perang Khaibar, ada banyak ibrah yang bida dipetik darinya. Bahwa kita diperbolehkan menyerang orang yang telah mendapatkan dakwah Islam dan hakikatnya, lalu tata cara pembagian ghanimah dan pengharaman Riba dalam pertukaran bahan makanan dan bahan pokok.

Kisah di bagian diteruskan dengan pemberangkatan syariah ke berbagai kabilah dan pengiriman surat kepada para raja yang merupakan tanda rambu-rambu periode baru dalam Islam. Perang Mut’ah juga menjadi salah satu momentum pada periode ini.

Penaklukan kota Mekkah, Fat-hu Makkah menjadi momen besar dalam fase dakwah nabi dimana kita ditunjukkan bagaiman karakter nabi SAW yang sangat kharismatik dan sikapnya pada Abu Sufyan yang mencerminkan kemuliaan perangai manusia.

Hikmah lain dari fat-hu makkah adalah larangan untuk berperang, berburu, menebang pohon, dan mengizinkan non-muslim tinggal di dalamnya serta kewajiban untuk ber-ihram ketika memasukinya. Fase ini juga ditandai dengan pidato fenomenal dari Rasulullah SAW pada hari penaklukan serta pembaiatan kaum wanita.

Beberapa perang masih terjadi di periode ini, antara lain perang Hunain yang mencontohkan mekanisme pembagian harta rampasan perang serta perang Tabuk yang menjelaskan tentang hukum bagi orang-orang yang tidak ikut berperang.

Fase ini dilanjutkan dengan kisah Abu Bakar memimpin jamaah haji pada tahun ke-9 Hijriah. Berita baik masuknya berbagai bani yang masuk Islam seperti Tsaqif dan Adi bin Hatim turut menunjukkan kefaedahan periode ini. Serta adanya pengiriman da’i oleh Rasulullah SAW ke berbagai daerah untuk menjelaskan prinsip-prinsip Islam.

Rasulullah memimpin sendiri Haji yang terkenal dengan nama Haji Wada’ karena itulah haji terakhir beliau, dilanjutkan dengan khutbahnya yang menyebutkan wahyu Allah tentang kesempurnaan Islam dan jaminan-Nya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar.

Periode ini diakhiri dengan meninggalnya manusia terbaik sepanjang masa untuk berpulang ke hadapan sang Khalik.

Bagian 7: Penutup

Sirah ini ditutup dengan kisah para Khulafaur Rasyidin dalam memimpin kaum muslimin. Dimulai dengan dipilihnya Abu Bakar ash-Shiddiq secara aklamasi oleh kaum muslimin lalu pemilihan Umar bin Khattab paska kematian Abu Bakar. Terbunuhnya Umar membuat kaum muslimin memilih khalifah berikutnya, yaitu Utsman bin Affan. Masa khulafaur rasyidin diakhiri oleh pemerintahan Ali bin Abu Thalib.