Menanyakan Kembali Gerakan Sosial Masyarakat Mahasiswa:Disinkronisasi Idealita dan Realita Gerakan Sosial Masyarakat Mahasiswa


Begitu massive gerakan sosial mahasiswa bertemakan ‘pemberdayaan masyarakat’ alias sosial empowering. Namun, efektifkah gerakan bakti mahasiswa tersebut bagi kesejahteraan masyarakat? Pertanyaan itulah yang akan kita kupas tuntas disini.

            Mari kita awali dengan melihat dan menganalisa kegiatan sosial masyarakat yang dilakukan mahasiswa, terutama dari departemen sosial kemasyarakatan organisasi mahasiswa internal kampus maupun eksternal kampus. Kegiatan yang sering dilakukan adalah bakti sosial (baksos), donor darah (dondar), sumbangan ke masyarakat, pembagian uang tunai, zakat fitrah, pembagian daging kurban, serta buka bersama. Benang merah di antara mereka semua adalah bahwa kegiatan tersebut dilakukan hanya sekali dengan impact jangka pendek serta tidak mempunyai dampak nyata pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Padahal tujuan mereka adalah untuk mensejahteraan masyarakat, namun kegiatan mereka belum mencerminkan tujuan mereka.

            Kegiatan seperti bakti sosial dan buka bersama sifatnya sangat sementara serta bertahan lama. Uang dan waktu serta tenaga yang dikorbankan oleh para pejuang sosial tersebut laksana terbuang secara percuma. Masyarakat dan mahasiswa merasa senang ketika kegiatan kesosialan tersebut dilaksanakan. Masyarakat senang karena mereka mendapatkan bantuan yang mereka  perlukan berupa uang, makanan, dan bantuan barang. Mahasiswa merasa bangga karena mereka telah berkontribusi kepada masyarakat serta proker yang mereka susun bisa terlaksanan dengna baik.

            Pelaksanaan Kegiatan Sosial Mahasiswa

            Ada berbagai motivasi yang mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan kampus. Alasan utama mahasiswa mengadakan kegiatan sosial adalah sebagai bentuk keprihatinan mereka terhadap masyarakat di sekitar mereka, terutama masyarakat kurang mampu. Sebuah tujuan yang sangat mulia. Namun, beberapa di antara mereka juga hanya ingin mencari teman dalam organisasi, karena biasanya departemen sosial masyarakat memiliki anggota yang relatif paling banyak dalam suatu lembaga. Sehingga bisa dibilang mereka lebih hanya bersifat mengekor teman mereka dalam melakukakan kegiatan sosial, bukan murni berasal dari dasar hati mereka yang paling dalam. Beberapa bahkan hanya iseng mengikuti kegiatan untuk sekedar mengikuti pujaan hati.

            Beberapa hal lain yang perlu dievaluasi dari kegiatan sosial mahasiswa adalah kurang pahamnya mahasiswa akan signifikansi dan urgensi peranan mereka terhadap keadaan sosial masyarakat. Hal ini menyebabkan pandangan bahwa kegiatan sosial tersebut sama dengan kegiatan – kegiatan kemahasiswaan lainnya, yang bisa ditoleransi ketika telat, yang bisa dengan leluasa dimundur atau majukan, bahkan dibatalkan secara sepihak. Semangat juga kurang tinggi dalam melaksanakannya karena masih dianggap biasa – biasa saja.

METODE YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN

            Sesuai dengan tujuan utama gerakan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam membangun kemandirian mereka, maka gerakan mahasiswa sudah seharusnya menjadi pemantik masyarakat supaya tergerak untuk maju supaya mandiri, bukan semakin tergantung pada gerakan sosial mahasiswa tersebut. Output dari gerakan mahasiswa adalah kemandirian masyarakat, bukan ketergantungan masyarakat pada organisasi tersebut, sehingga paska kegiatan dan mahasiswa sudah pergi, masyarakat bisa tetap survive dan mengembangkan potensi mereka.

            Hal seperti itulah yang kurang dipahami mahasiswa. Mereka cenderung pragmatis dan proker-oriented serta kurang mampu berfikir jangka panjang. Mereka lebih suka memberikan bakti sosial daripada pelatihan ekonomi yang harus lama dan kontinuous.

            Aspek lain yang seharusnya diperhatikan adalah sifat kekontinyuan dari gerakan sosial tersebut. Gerakan pemberdayaan masyarakat tidak bisa sekali dua kali, namun harus kontinyu.